“The friend who can be silent with us in a moment of despair or confusion, who can stay with us in an hour of grief and bereavement, who can tolerate not knowing… not healing, not curing… that is a friend who cares.” –Henri Nouwen
Thanks buat yang udah menyampaikan aspirasinya di postingan yang ini. Ternyata banyak yang bersedia jadi teman curhat saya. Thanks ya, siap-siap aja diemailin satu demi satu 😀
Kalau dipikir-pikir, kebanyakan curhatan itu keluarnya pasti tentang cinta. Kita, wanita, sering putus asa karena hal yang satu ini. Kemarin waktu saya lagi antri di ATM, dua orang sales kartu kreditnya sedang bicara. Satu wanita, satu pria. Sebut saja Mbak cc dan Mas cc.
“Bukannya gue mau ngejar-ngejar yah… cuma harus jelas dong kenapa dia ninggalin gue gitu aja!” Sahut Mbak cc.
Mas cc ngangguk-ngangguk mendengarkan. Saya jadi nggak konsen mau membayar tagihan PLN.
“Udah sebulan tiba-tiba dia nggak ada kabarnya. Akhirnya gue telponin terus. Eh, hapenya nggak aktif. Gue samperin ke parkiran pas dia mau pulang, eh dia buru-buru kabur. Apa nggak PENGECUT tuh namanya!” Nada suara mbak cc terus meninggi. Harga dirinya jelas terluka. Rasa percaya dirinya porak poranda. Ia ingin mendapat kepastian. Bagian mana dari dirinya yang telah mengecewakan.
Mas cc terus mengangguk-angguk tanpa komentar. Bingung kali mau ngomong apa. Atau dia udah tau trick-nya, kalo cewek lagi curhat harus diem aja 😛
“Menurut lo gue harus gimana?!” Kali ini Mbak cc bertanya dan Mas cc harus menjawab.
Saya mengambil kertas bukti pembayaran dan menarik kartu debit saya dari ATM. Saat saya melewati mereka, mereka spontan menawarkan kartu kredit, seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Saya tersenyum sambil menggeleng. Kartu kredit sudah 4 😛
Ketika saya jalan menjauh bersama suami, sayup-sayup saya dengar mereka berbicara lagi. Kali ini Mas cc berusaha memberikan masukan. Saya merasa kagum sama mereka berdua. Mbak cc memilih untuk curhat, melepaskan isi hatinya, agar rasa putus asa dalam hatinya bisa tertuang dan didengarkan orang lain. Mas cc nya juga sabar mendengarkan dan mau memberikan masukan, seperti layaknya teman baik. Sepintas seperti kejadian biasa, padahal dengan curhatnya itu, si Mbak cc bisa terhindar dari stress, frustrasi, putus asa, atau keinginan aneh-aneh seperti bunuh diri.
Mbak cc juga telah memilih orang yang tepat untuk dicurhatin, seseorang yang lebih kuat dan bisa menguatkan. Lebih baik tidak curhat dengan teman yang juga sedang depressed dan tidak bisa mengontrol perbuatannya (impulsif). Jangan sampai ujung-ujungnya janjian bunuh diri seperti dua sahabat ini. Naudzubillah… let’s pray for both of them.
Now, kembali ke Mbak cc. Jika kamu adalah teman curhat Mbak cc, menurutmu apa yang harus Mbak cc lakukan dalam menyikapi masalahnya dengan laki-laki itu, agar dia bisa tetap merasa berharga dan amazing seperti sedia kala.
She (and maybe a lot of other sisters) needs your best advice! I’ll see you around!
Leave a Reply