Saya merasa di Indonesia, menulis belum mendapat ruang yang cukup di sekolah. Padahal saat ini semua dilakukan dengan menulis. Mulai dari menulis email, menulis pesan via whatsapp/bbm, ngetwit sampai update status. Semua membutuhkan keahlian menulis. Jika tidak biasa menulis, bisa-bisa yang ditulis akan menimbulkan kebingungan dan salah kaprah banyak orang, pesan dalam tulisan tidak akan sampai dengan baik. Belajar menulis bukan soal menulisnya itu sendiri, tapi belajar menganalisa, belajar berpikir, belajar berkomunikasi secara efektif.
Saya percaya salah satu orang yang harus jago nulis adalah guru, terutama guru di sekolah, dalam berbagai mata pelajaran. Kenapa? Karena guru lah yang berhadapan dengan murid setiap harinya. Guru berpeluang membuat murid mempunyai kebiasaan menulis mulai dari usia dini. Caranya? Ya dengan memberi contoh dan banyak memberi ruang untuk menulis di dalam kelas.
Seperti Bona @allewunder , guru Bahasa Indonesia, yang selalu mencontohkan bahwa ia suka dan rajin menulis, sehingga excitement-nya menular ke murid bahkan guru lainnya. Guru lain di sekolah yang akhirnya ikutan menulis bernama Steve @Steve_me_pure .
Steve adalah seorang guru olahraga. Lazimnya, guru olahraga hanya mengajarkan tentang praktek olah tubuh yang baik dan benar. Tapi Steve juga mengajarkan dan menginspirasi anak didiknya untuk olah pikiran. Ia menyemangati anak muridnya untuk melakukan kultwit tiap hari sabtu dan minggu dengan hashtag #infopenjas 😀 Ia bahkan membuat blog http://penjastar.wordpress.com/ yang berisi tulisan tentang dunia olahraga dalam perspektif pendidikan, human interest, dan lainnya. Menarik dan seru banget!
Karena gurunya menulis, murid-murid Steve jadi termotivasi untuk selalu berlomba menuliskan informasi-informasi mengenai olahraga, jadwal pertandingan dan hasilnya, isu-isu hot seputar olahraga, gaya hidup dan kesehatan. Mereka belajar dengan menulis.
Teman baik saya @nataliardianto , COO Tiket.com, di awal karirnya juga seorang pengajar. Saya perhatikan ia terbiasa menuliskan solusi masalah yang ia temukan pada saat coding atau hal teknis lainnya di tumblr-nya. Contohnya adalah postingan yang ini. Ini tentu memudahkan sehingga orang lain bisa menemukan pemecahan masalah dan tidak harus jatuh ke masalah yang sama. Ia pun belajar untuk mengidentifikasi dan menganalisa masalah, hal penting untuk mengasah critical thinking yang dibutuhkan seorang leader.
Kepada guru-guru (bisa guru di sekolah, guru di rumah atau orang tua, guru di masyarakat, semua pemimpin komunitas), yuk lebih banyak membaca. Dengan banyak membaca kita tak hanya akan terinspirasi untuk menulis, tapi juga mengetahui tata bahasa yang benar, cara penyampaian yang menarik, mungkin yang tidak menarik juga bakal ketahuan, membaca juga membuat kita menjadi lebih open mind, berwawasan luas, sehingga kita mampu dengan cepat menganalisa fakta dan mencari koneksi antar hal-hal yang sepertinya tidak berhubungan.
Untuk mulai menulis dan mengajarkan menulis pada anak murid, silahkan cek beberapa referensi berikut:
Best practices
Teaching writing skill
Writing model bank
Mulailah dengan hal yang termudah, seperti membuat blog atau rutin menulis di Facebook Notes, jadikan kegiatan menulis sebuah fun activities, kombinasikan dengan social media agar tetap ‘dekat’ dengan ‘lingkungan’ gaul murid sehari-hari. Bikin kompetisi menulis agar murid makin bersemangat, dan di akhir tahun, gunakan kesempatan untuk mengumpulkan tulisan anak-anak dan self-publish dengan NulisBuku.com 😀
Mimpi saya, satu tahun satu anak di Indonesia bisa menuliskan satu buku. Tapi, sebagai awal:
satu guru satu buku satu tahun
Anda siap?
Leave a Reply