Hey… it’s been a while! Now I’m back with the new story of my latest trip to Ho Chi Minh City (HCMC), Vietnam. To celebrate the new route Jakarta – Ho Chi Minh, AirAsia invited me (and a bunch of Travel Agents and Journalists) to explore Ho Chi Minh for 5 days. The trip was also supported by Viking Travel, so I just sit back and enjoy my time in HCMC 😉
- AirAsia celebrating the new route Jakarta – Ho Chi Minh
Thanks AirAsia (Specially to Dian Guritno, from Indonesia AirAsia) and Viking Travel (To Mr. Hung, the director) that has been very generous ^^During the trip, I was with the group of Media and Travel Agents. And everytime, I must tell them that I’m a blogger. I’m not from any company. I’m just being me. Trust me, it’s hard to explain that in 5 words and 10 seconds. 😀
About Vietnam, my mind still freeze during Vietnam war era, so I thought they’re still living in villages with rice fields or something like that. But, of course, I was wrong. My first impression of Vietnam was about the Tan Son Nhat international airport. Boy, it’s clean, large, modern and bright. Ehm… Soekarno-Hatta apa kabar ya…
- Taken when we’re about to leave Saigon
Where We Stay
Rombongan kami menginap di hotel Palace di jalan Nguyen Hue, di pusat kota. Hotel ini berbintang 4 jadi sudah pasti aman dan nyaman sentosa 😀 Saya sekamar dengan journalist dari sebuah majalah travel, Nina. Saya tanya, “Enak ya jeng, kerjanya jalan-jalan melulu!” Jawabannya: “Tapi tetep judulnya kerja jeng, ada deadline-nya ntar!” Hmmm bener juga ya… berarti paling enak emang jadi travel blogger hihi 😀
- Palace Hotel
- Deluxe Room
Places of Interests
City tour: Opera House, City Hall, Post Office, Notre Dame Cathedral, Reunification Palace
Banyak bangunan bersejarah dengan gaya Eropa/Prancis di HCMC. Ini karena setelah dijajah China, juga dijajah Prancis selama ratusan tahun sehingga pengaruhnya terasa kental di kota ini. Setelah tiba di hotel, Saya, Astari, Dian dan Nina (my traveling buddies for this trip) langsung memutuskan untuk jalan keliling kota. Saat itu sudah jam 12 malam. Toko-toko di sekitar hotel sudah mulai tutup. Kami jalan dengan tenang menikmati malam. Sumpah! Di Jakarta saya tidak pernah jalan kaki. Tapi kota ini sangat bersahabat untuk pejalan kaki. Trotoarnya luas dan berhadapan langsung dengan toko atau hotel yang tersebar di sekitar kami. Kata Astari yang sudah backpacking keliling dunia, kami seperti sedang jalan-jalan di Eropa. Wih… asik juga… jalan ke Asia tapi sudah merasakan sensasi Eropa. Itung-itung latian kan sebelum beneran pergi kesana hehehe.
Satu hal yang saya juga sadari adalah keamanannya. Di tengah malam buta seperti itu kami yang cewek-cewek masih berani melenggang. Mungkin karena para penduduk sudah sadar akan pentingnya menjaga keamanan bagi turis yang menghidupi kota mereka. Mungkin juga karena ada polisi-polisi pariwisata yang tersebar di penjuru Saigon.
- Mejeng di depan City Hall
- The girls in front of The Opera House
- Night athmosphere
Siangnya bersama teman-teman serombongan kami juga mampir ke Notre Dame Cathedral yang berwarna bata nan cantik. Di sebelahnya juga sempet masuk ke kantor pos-nya yang arsitekturnya keren banget. Ternyata di dalemnya masih berfungsi sebagai tempat kirim-kiriman surat (ya kantor pos gitu loh hehe). Di tengah-tengah banyak yang menjual souvenir. Kalau berminat langsung beli di sini foto-foto Saigon tempo doeloe dan koleksi filateli Vietnam.
- Senyum-senyum di Notre Dame
- Mau ngirim wesel di kantor pos :p
- Inside Kantor Pos. Perhatikan di tengah ada foto Uncle Ho (Chi Minh), presiden pertama Vietnam.
Kami juga sempat ke Reunification Palace, dulunya tempat kerja presiden di masa perang Vietnam. Tempat ini juga jadi pusat peralihan kekuasaan saat Vietnam Utara dan Selatan bersatu yang menandakan berakhirnya perang Vietnam. Banyak banget ruangan di gedung ini dan interior-nya amazing banget. Siapa ya designer-nya… boleh dong design-in interior rumah baru gue hehehe. Di sini juga bisa lihat tempat para pejabat dulu meeting mendiskusikan strategi perang, ada ‘ruang komputer’ tempat mesin-mesin ketik segede gajah berkumpul, ada ruang bawah tanah, ada tempat main mahjong, ada bioskop, ada tempat disko, ada lift tua yang udah ada dari jaman dulu. Keren!
- Reunification Palace
- Ruang Kerja Wakil Presiden. Perhatikan di dudukan tangan yang berbentuk naga itu bisa keluar peluru loh, just in case. Hiy!
Saigon River
Berlayar menyusuri sungai Saigon sambil makan malam dan dihibur oleh hiburan tradisional Vietnam: perfectly romantic! Kita kemarin naik Bonsai Cruise yang makanannya all you can eat buffet dan semua enak-enak. Setelah kenyang, ada mbak massage yang siap pijetin pundak kita yang pegel karena seharian jalan. Ya ampun, apakah ini surga! 😀
- Bonsai Cruise
- The Buffet Dinner with the group and AirAsia Management
- Beautiful Night View
Cu Chi Tunnels
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi orang Vietnam lebih dari Vietnam War. Segala cara dengan gigih dilakukan untuk bertempur melawan Amerika Serikat hingga akhirnya negara ini mundur dari Vietnam. Sayangnya film-film Hollywood masih menunjukkan kalau Amerika lah yang selalu menang. That’s why film-film Hollywood bertema perang Vietnam nggak pernah bisa masuk tayang di Vietnam. Bohong dan menyakitkan, ungkap mereka.
- Pose di depan tank yang ditinggal sama Amerika
Area di Cu Chi Tunnels adalah tempat perang gerilya para tentara Vietnam, baik di atas maupun di bawah tanah. Konon untuk menghindari musuh, mereka membangun terowongan sempit dengan ruangan-ruangan hingga 3 tingkat ke bawah seperti rumah sakit, sekolah, ruang meeting, dan ruang masak yang terkoneksi dan terhubung dalam networking underground sepanjang 200 km dan bisa ditempati hingga 10.000 orang!
- Ilustrasi terowongan dan map area
Tour guide kami yang bisa berbahasa Indonesia, Nhi, bercerita dengan emosional tentang bagaimana seorang ibu yang tinggal di terowongan terpaksa harus membunuh bayinya sendiri yang menangis kelaparan. Karena jika tangisan itu sampai didengar tentara Amerika, lokasi terowongan mereka akan ketahuan dan akan segera di-bom sehingga dapat membunuh mereka semua.
Saya berkesempatan ‘menjajal’ dan memasuki terowongan tersebut. OMG. Terowongannya sempit sekali dan sangat gelap. Orang yang jalan di depan saya sudah tidak kelihatan karena terowongannya berbelok. Saya merayap ketakutan dengan high heels, tas besar dan kamera DSLR. Kerasa banget deh perjuangannya orang Vietnam dulu yang pasti lebih keribetan bawa senjata, bahan makanan, dan lainnya. Belum lagi rasa lembab dan pengap yang mengerikan, sudah seperti di dalam kubur saja! Saya keluar setelah 30 meter. Tidak tahan! Keringat membanjir. Salah satu teman rombongan yang takut tempat sempit dan gelap (Claustrophobia) sudah berteriak-teriak ngeri. Benar-benar pengalaman yang menegangkan. Untuk mencapai dapur atau rumah sakit bawah tanah masih harus merayap ratusan meter lagi. Dan itu rakyat Vietnam jalani selama 20 tahun lebih! Sedih banget!
- Merayap di terowongan Cu Chi
Sepanjang perjalanan di hutan tempat battlefield tersebut, kami ditunjukkan jebakan-jebakan mengerikan nan kreatif yang dibuat oleh tentara Vietnam. Ada yang merobek paha, menghujam butuh, menghantam kepala, jebakan pintu, dan lainnya. Intinya dibuat agar tentara Amerika terluka parah dan bisa ‘menangis dan meratap’ ke ‘kampung halamannya’.
- Pose with mas-mas Vietkong. See my high heels? Bad idea!
Kami juga ditunjukkan tempat para tentara Vietnam bersembunyi setelah melakukan penyerangan. Sebuah lubang persembunyian yang sengaja dibuat sangat kecil agar tentara Amerika tidak bisa memasukinya. Salah satu mantan tentara mendemonstrasikan bagaimana masuk ke dalam lubang persembunyian tersebut. Busyet badan mas-nya tipis banget.
- Tempat persembunyian
Sepanjang perjalanan di hutan, kami mendengar suara-suara tembakan yang memekakkan telinga disertai dengan bau mesiu. Rupanya ada tempat untuk yang ingin mencoba senjata-senjata beneran seperti AK-47. Kita tinggal membeli pelurunya saja. Tapi saya tentu saja tidak tertarik.
Perjalanan kami diakhiri dengan makan singkong rebus plus teh Vietnam yang khas dengan warna kuning dan harum pandan. It’s a happy ending!
Mekong Delta
Sungai Mekong atau yang biasa disebut Sungai Sembilan Naga adalah sungai besar yang melewati 5 negara yaitu Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja dan Cina. Jaraknya 2 jam dari kota HCMC. Sampai sana saya melihat sungai dengan air cokelat dan mirip dengan sungai di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari pelabuhan kami naik kapal menuju pulau My Tho. Di situ kami mencoba madu asli, memakan buah-buahan tropis, mendengarkan musik tradisional Vietnam, dan best thing adalah naik perahu kecil sambil pake caping a la wanita Vietnam ^^ Senang sekali!
- Canoeing with Ms. Saigon
- Jaim di sungai Mekong. Kalo nggak jaim bisa njomplang haha
Kita sempat ke pulau satu lagi tempat pabrik pembuatan permen kelapa. Menarik sih dan enak permennya. Tapi ada yang lebih menarik perhatian para cowok-cowok dari Jakarta ini. Mbak-mbak penjaga toko permennya ternyata bening pisan. Dagangannya pun laris manis dibeli sama om-om dari Indonesia. Mbaknya juga sempet diajak buat main sinetron di Jakarta pula hahaha.
- Si Mbak yang diperebutkan
Jika punya waktu lebih di Saigon, bisa coba kunjungi Vung Tau (kota pantai), Da Lat (kota musim semi abadi, salah satu destinasihoneymoon di Vietnam) dan Hoi An (kota tua).
Well, saya sudah berusaha menulis sesingkat mungkin dan menggunakan foto sesedikit mungkin, maklum mem-filter 2.200 foto menjadi 500 foto lalu filter lagi menjadi hanya puluhan foto itu memang berat dan tidak mudah. Apalagi menulis semua pengalaman dalam 1 post, ternyata benar-benar sulit. So, kita ketemu on the next post dimana saya akan membahas where to shop and what to eat di Saigon 😉 See you!
Leave a Reply