Saya adalah wanita pebisnis yang bekerja dari pagi hingga malam. Tiap pagi, saya akan pakai baju dan sepatu kerja, berangkat ke kantor dan menyapa para tetangga saya yang rata-rata ibu rumah tangga. Suami saya bekerja remote dari rumah dan juga mempunyai bisnis sendiri yang dijalankan dari home office. Ia keluar tiap pagi, pakai kaos dan celana pendek, pergi ke warung dan menyapa ibu-ibu tetangga yang sama.
Ada 2 hal yang mungkin dipikirkan sama para tetangga saya:
- Saya wanita mandiri yang amazing; gila yaa keren banget bisa mandiri dan punya bisnis sendiri, rajin berangkat pagi pagi; atau
- Saya feminis; kelewat mandiri sampai nggak sempat ngurusin suaminya. “Busyet suaminya diurusin kagak tuh, dasar nggak mau kalah ama laki.”
Ya, di Indonesia sebagai wanita bekerja, kita memang masih menghadapi pro dan kontra ini. Padahal FYI aja nih, 60% kegiatan usaha kecil menengah di Indonesia itu dijalankan oleh wanita. Banyak sekali amazing woman mulai dari penulis, artis, pebisnis, hingga wanita karir yang berhasil menginspirasi dan membantu lingkungannya menjadi lebih baik kualitas hidupnya.
Tapi kenapa terus aja ada tudingan miring kepada wanita yang mandiri? Mulai dari disalahkan karena susah dapet jodoh (ih!), susah punya anak (curcol hehe), nggak gaul (karena gak ikut arisan sama ibu-ibu), dituduh nggak ngurusin suami (atau anak) dan masih banyak lagi.
So, what do you think, sisters? Pernah nggak ngalamin hal-hal di atas? Menurut kamu perempuan mandiri itu amazing woman atau ‘sekedar’ feminis? Let’s hear from you!
Leave a Reply