Alhamdulillah, akhirnya rumah yang sudah dibangun dari akhir tahun 2009 lalu telah ditempati beberapa hari yang lalu. Lokasi rumah ini di Margonda Raya, yang merupakan salah satu tempat strategis di kota Depok.
Proses pencarian rumah impian sebenarnya sudah dimulai dari jaman kuliah. Mulai dari Sawangan, Cibubur, Bintaro, dan lain sebagainya. Semuanya jauh dan akses kesana-nya sulit untuk saya yang masih bergantung pada kendaraan umum. Apalagi nggak ada rumah yang benar-benar cocok baik dari bentuk maupun harganya 😀
Syukur Alhamdulillah pada saat iseng browsing di internet, menemukan Town House, 20+ unit rumah yang dibangun di tengah kota Depok, persis di depan kampus saya dulu, Gunadarma. Langsung saja lihat ke lokasi dan immediately loving it. Berkat bantuan berbagai pihak, termasuk orang tua, akhirnya proses KPR berjalan lancar hingga cicilan pun resmi berjalan 😀
Sebelum pindah, sebenarnya berniat melakukan packing yang baik dan benar. Tapi ternyata manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Akhirnya proses packing hanya dilakukan dengan sistem ‘lempar-saja-ke-dalam-box’ hehe. Kerja keras menanti saat unpacking barang-barang tersebut 😛
Proses pindahannya sendiri berjalan lancar, dibantu oleh 2 orang tukangs yang sigap mengangkat dan membongkar barang yang perlu dibongkar, 1 tukang AC yang mencopot dan memasang AC serta 1 orang supir pick-up yang siap mengantar barang. Benar-benar full time.
At first, rumah yang mungil itu langsung penuh barang. Namun dengan sedikit kesabaran (dan menaruh sebagian barang di rumah nyokap :D), akhirnya rumah ini mulai kelihatan bentuknya.
Soal biaya, jangan anggap membangun rumah itu akan selesai hanya dengan membayar administrasi, DP dan KPR per bulan. Masih banyak lagi yang harus dikeluarkan, contoh: biaya tambahan bangunan, biaya pindahan, pasang teralis, bikin kolam kura-kura, etc. Serta masih banyak pritilan lainnya yang tak terduga. Alhasil, liburan ke Malaysia – Macau – Hongkong musti ditunda hingga saat yang tak ditentukan >.<;
Oh ya, pada saat masuk rumah ada sedikit syukuran dengan tumpeng dan bagi-bagi nasi kuning ke tetangga baru. It’s cute to see the neighbour. They’re genuinely happy to see new friends.
Setelah beberapa hari tinggal di Depok, saya mulai adaptasi dengan transportasi. Biasanya hanya 5 menit ke kantor, sekarang harus spend 45 menit – 1 jam di jalanan. Namun saya tetap bersyukur dengan banyaknya pilihan transportasi di Depok sehingga nggak selalu bergantung pada kendaraan pribadi. Berikut hasil eksprimen saya untuk transportasi Depok – Jakarta:
Option 1: Taksi
Dari hasil penghitungan, jika ramai lancar biaya taksi Jakarta – Depok dengan Blue Bird adalah Rp 60.000 – Rp 80.000. Lumayan mahal juga harus dijalani setiap hari. Sayang aja duitnya. Mungkin pulang agak malam, bisa menggunakan jasa taksi tarif bawah yang bisa mengurangi cost.
Option 2: Angkot
Kemarin coba naik angkot dari kantor di kawasan Pancoran ke Depok. Pertama naik 62 yang arah Pasar Minggu. Make sure duduk dekat sopir agak bebas dari pencopet atau pemalak. Kalo tetep ada yang minta duit, ya memang harus dibayar, karena yg minta pasti kenek 😛 *kriuk* Trus dari Pasar Minggu, lanjut ke Depok dengan menggunakan angkot 03. Tips naik angkot, duduk sebelah sopir agar lebih nyaman dan bebas twitteran. Total biaya: Rp 5.500. Overall, cukup nyaman dan murah tapi tidak recommended untuk yang menggunakan high heels karena seperti yang kita tahu, that orange bus, 62 & 604 itu never really stops when we want to stop.
Option 3: Bis Damri
Bis 81, Depok – Grogol, ini memang favorite-ku dari jaman dulu hehe. Tarifnya Rp 6.000 dan bisa ditinggal tidur pas berangkat kerja. (Mind you, saya berangkat ke kantor jam 10 atau 11 pagi… udah sepi!). Kelemahannya, kalau jalan kayak siput dan jadwal datangnya nggak tentu.
Option 4: Kereta
Naik kereta ekonomi tarifnya cuma Rp 1.500. Hari ini saya cuma bawa uang Rp 6.000 plus rogoh celengan Rp 3.000 jadi total Rp 9.000 di dompet. Efeknya adalah, nggak gampang jajan, nggak gampang beli majalah dan jadi fokus untuk perjalanan aja. Dengan naik kereta ekonomi, saya bisa menghemat agar uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan lain… seperti membeli tabloid hehehe. Tapi naik kereta ekonomi is a real disaster kalo buat berangkat kantor. Bayangkan, sudah rapi jali, pegang tas + laptop total 7 kg, high heels 5 cm, tapi tetap harus anggun di dalam kereta yang masih berdesakan penuh bau keringat di jam 11 pagi. Thank God ada Ekonomi AC. Harganya Rp 5.500 namun kenyamanannya jauh lebih daripada ekonomi biasa. Berasa di Jepang (karena pake kereta Jepang yang masi mulus hehe).
Overall, I love the house very much! Mulai dari warteg, laundry, kafe buku, mall, warnet 24 jam, salon, kafe, butik, dan lainnya, all in walking distance! Bahkan ada perabot delivery pula 😛
Tidak lupa harus menyebutkan bahwa banyaknya mahasiswa yang masih muda-muda itu membuat saya ketularan berjiwa dan semangat muda 😀
Oh ya, saya juga sudah berhasil mendapatkan si Mbak yang bantu-bantu di rumah. Tips-nya sederhana saja, cari orang yang seksi sibuk di sekitar your neighbourhood. You’ll find him/her by seeing that they’re walking back and forth doing everything around you. Just talk to them about how you need a maid, let them know maid’s job description, your budget for monthly salary, and wait couple of hours before they find it for you. They’re better than Google 😛 (Ps: keep and make him/her loyal to you. You’ll need them around for many reasons like benerin pompa air, ngenalin ke Pak RT dan tetangga-tetangga lain)
Satu yang belum ketemu juga pemecahannya adalah, karena blm bisa pasang telepon + Speedy, akibatnya sekarang saya stuck dengan XL Unlimited. Kecepatannya agak nggak bisa diandalkan untuk kebutuhan saya. Ada ide?
Last but not least, doakan ya rumah baru ini membawa keberkahan.
Jadi, apakah kamu sudah menemukan rumah impianmu? Tell me about it 🙂
Leave a Reply