Kepala saya masih berat saat keluar dari studio 1 setelah menonton Laskar Pelangi The Movie, hasil dari menahan semua emosi yang membuncah dari dada saya. Film ini sangat menyentuh secara emosional. Dari detik pertama saya lihat scene jalanan Belitung, mata saya langsung berkaca-kaca. Saya merasa kangen yang luar biasa pada kota ini. Maklum, saya baru dari Belitung beberapa bulan lalu dan sangat terkesan dengan keindahan pantainya. Saat itu saya berpikir, saya saja merasa seperti ini, apalagi Andrea Hirata! Bagaimana perasaannya melihat kisah masa kecilnya di-filmkan??! Pasti memories after memories mendatanginya dan pasti lebih berat lagi untuk menarik napas dan kembali pada masa kini setelah film-nya selesai. (Ternyata benar, Andrea Hirata pun sangat tersentuh dengan film ini).
(Silahkan membaca postingan ini sambil mendengarkan OST Laskar Pelangi by Nidji)
Saya masih ingat pertemuan saya dengan Andrea Hirata bulan February 2007 di Bandung. Saat itu, ia masih dalam taraf ngobrol-ngobrol dengan Riri Reza. Dari yang saya tangkap, Andrea Hirata sangat berhati-hati dan cenderung idealis dalam memilih orang yang tepat untuk membuat film Laskar Pelangi. Terbukti, pilihan Andrea Hirata untuk bekerja sama dengan Miles Production sangat tepat. Film-nya luar biasa. Dari awal sampai akhir tidak ada bagian yang membosankan. Semua pemeran film ini bermain total dan semuanya layak disebut ‘bintang’, terutama Cut Mini, pemeran Bu Muslimah serta tak lupa anak-anak Belitong pemeran Laskar Pelangi. Angel claims, “This is the first Indonesian movie that I can enjoy, ever!“.Totally agree!
Bagi yang belum baca (aduh, masa belum baca?! Beli dulu Laskar Pelangi di Kutukutubuku.com!), novel Laskar Pelangi adalah novel pertama Andrea Hirata yang ditulis untuk guru SD-nya, Bu Muslimah, yang sangat berjasa mengajar 10 orang murid yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong (termasuk Ikal, sosok masa kecil Andrea). Novel ini dimaksudkan untuk dikirimkan ke Bu Muslimah. Bukan untuk diterbitkan. Tapi salah seorang teman Andrea diam-diam mengirimkannya ke penerbit. And the rest is history. Baca kisah saya menemukan Laskar Pelangi untuk pertama kalinya.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini. Yang paling kental adalah rasa percaya bahwa setiap manusia memiliki potensinya masing-masing, dan setiap mimpi itu sesungguhnya bisa terpenuhi. Quote dari Pak Guru tentang bagaimana kita harus berpikir untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya juga sangat mengena.
I believe this movie has been an inspiration for many. Guru-guru jika menonton film ini pasti sangat sangat sangat terinspirasi. Bayangkan, kalau Bu Muslimah tidak begitu memperjuangkan anak-anaknya, mungkin sosok Andrea Hirata yang sekarang kita kenal tidak akan pernah ada. Mungkin ia masih di Belitung, mengerjakan entah apa.
Now, the fun part. Karena saya, Angel dan Mery baru dari Belitung, semua yang di film itu masih fresh terekam di otak.
Sekolah Laskar Pelangi, we’ve been there! Kita bahkan sempat bikin video sekolah Laskar Pelangi juga. Check it out! Oh ya, saya sempat bengong pas tau Lintang rumahnya di pantai terus sekolah di situ. Which kalau naik mobil aja bisa 2 jam!! Trus Ikal beli kapur di Manggar, dari Gantong ke Manggar naik mobil ngebut aja 45 menit!!
Adegan anak-anak Laskar Pelangi bermain di ilalang belakang sekolah, kami juga sudah guling-gulingan di situ.
Main-main di batu-batu besar juga kita lakoni…
Last but not least, satu yang menurut saya kurang dari film ini… pantai Belitungnya kurang ditampilkan hehe. Oke memang ada, tapi kurang!! Lagi! Soalnya banyak banget yang bagus-bagus seperti di foto-foto liburan saya ini. *Loh, tapi kan nggak sesuai ama cerita jadinya* Nggak peduli!! *LOH* Hehehe.
Bravo untuk Laskar Pelangi, baik novelnya maupun film-nya! Sukses terus ya.
Leave a Reply