Beberapa waktu yang lalu saya bertanya pada rekan saya Angel, kenapa akhir-akhir ini tidak ada buku bagus yang tebal dan membuat saya terbius untuk menyelesaikannya. Dia menjawab, ada! Tapi tentu saja… bagi yang kenal kami berdua, selera buku kami sangat berbeda. Buku-buku yang dibaca Angel adalah buku-buku fantasi yang imajinatif, sedangkan saya, lebih suka kisah-kisah kehidupan sehari-hari yang inspiratif.
Saya sebenarnya sudah lama mendengar rekomendasi tentang buku Negeri 5 Menara, tapi baru kali ini mencoba find time untuk membacanya. Buku ini terinspirasi kisah nyata dari kehidupan penulisnya A. Fuadi, sehingga saya semakin penasaran!
Cerita diawali dengan kisah Alif yang datang dari desa kecil Bayur, di dekat Bukittinggi, membuat saya terbayang-bayang indahnya daerah Sumatera Barat itu saat trip saya bulan lalu. Salut pada Mas A. Faudi yang telah menuliskan buku ini dengan deskripsi yang memikat dan penuh inspirasi dari awal hingga akhir.
Alif yang awalnya masuk ke Pondok Madani, sebuah pondok pesantren modern, dengan setengah hati karena permintaan ibunya, lama kelamaan menemukan jiwanya di sekolah itu. Mereka diajari bagaimana berdisiplin dan menaati aturan, diajari berbicara bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari dalam waktu 4 bulan, diajari public speaking dan berorasi dalam berbagai bahasa, tentu saja semua itu hanya bagian dari proses belajar yang dijalani seperti nafas sehari-hari. Karena merasa senasib, Alif dan beberapa teman-temannya menjadi sahabat karib. Mereka senang berdiskusi dan melepas mimpi-mimpi mereka di bawah menara mesjid, jadilah mereka disebut Sahibul Menara oleh teman-teman yang lain. Menghapal Al-Quran, kuliah di Mekkah, keinginan melihat Amerika, mimpi ke London, adalah sebagian dari visi dan mimpi-mimpi yang mereka ikhlaskan pada Allah SWT.
Membaca buku ini membuat saya terkagum-kagum dengan Pesantren Pondok Madani (yang sebenarnya adalah Pondok Modern Gontor). Di awal masuk sekolah, murid-murid diberi motivasi tinggi dengan afirmasi, Man Jadda Wajada, Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil!
Dari awal murid-murid sudah diberi bekal optimisme, diajari bermimpi setinggi-tingginya, dibekali dengan ilmu-ilmu kehidupan, diberi contoh bagaimana ikhlas serta tawakkal dan tentu dengan landasan agama yang kuat. Tak heran jika akhirnya lulusan-lulusannya berkualitas dan akhirnya para Sahibul Menara bisa mencapai mimpi dan ‘menara’ mereka masing-masing.
Beberapa quote favorite saya dalam buku ini, nasihat-nasihat dari ustadz untuk para murid:
Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.
Jangan pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar.
Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya, adalah hati orang sukses.
Saya hanya bisa menarik sedikit sekali dari banyak inspirasi yang bisa muncul dari buku ini sesuai kebutuhan Anda masing-masing. Jadi silahkan membacanya. Buku ini, highly recommended! Follow penulisnya di twitter @fuadi1 , beli buku Negeri 5 Menara di Kutukutubuku.com diskon 15% OFF dan last but not least, sharing tentang Negeri 5 Menara di website resminya Negeri5Menara.com
Kamu sudah baca? Share inspirasi yang kamu dapat di sini ya 🙂
Leave a Reply