Berbekal semangat “I wish you were here” yang selalu terasa pada saat saya jalan-jalan sendirian, saya pun dengan semangat ’45 mengejar ticket gratisan AirAsia yang disebar setahun sekali ini agar bisa berlibur bareng keluarga.
Bagi yang belum tahu, AirAsia setiap tahun mengeluarkan promo 1 juta tiket gratis untuk tujuan di Asia. Suka ada pemberitahuan baik di media cetak ataupun Facebook dan Twitter tentang waktu berlangsungnya promo ini. Tepat jam 12 malam, biasanya website akan down karena diserbu massa pencari gratisan ๐ Sabar aja, jam 2 pagi juga biasanya sudah agak longgar. Coba cari tanggal yang nggak umum, pasti masih pada dapet harga promo. Setelah dapet harga, langsung proceed. Jangan gunakan fasilitas Go-Insure & Extra Bagasinya (yg berbayar) untuk mendapatkan sensasi terbaik dari ticket Rp 0 ๐
Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan ticket promo untuk 5 orang, saya @salsabeela, suami saya @unwinged , adik ipar saya @astridarum , ibu mertua saya @yunimoesseno , dan bapak mertua saya @moesseno . Waktu itu belinya sekitar bulan Juni. Seperti kebiasaan saya membeli ticket dari jauh-jauh hari, saya akan melupakan ticket tersebut sampai saat berangkat tiba ๐ Karena udah deket hari H dan bingung mau nginap dimana, akhirnya saya menghubungi Betty Tan dari Accor Hotels, bertanya apakah Hotel Ibis di Jalan Bencoolen kamarnya available pada jadwal kami. Alhamdulillah, bukan hanya kamarnya available tapi kami diundang untuk stay di situ selama di Singapore. Thanks banget ^^V
Karena @unwinged ย dan @astridarum ย baru pertama kali ke Singapore, saya memilih menginap di Hotel Ibis @ Bencoolen street yang lokasinya strategis agar bisa get around easily.
Kalau lihat dari peta, baru ketahuan kalau Hotel Ibis ini dikelilingi oleh Bugis shopping center, Bugis Junction, Stasiun Bugis MRT, Indian & Chinese Temples, Chjimes, Raffles City, Sim Lim, Burlington Square, Singapore Art Museum, Public Library, Bras Basah Complex, Mall baru yang namanya Iluma, dan berbagai universitas kayak Nanyang Art, Singapore Management University, Lasalle, etc, all in walking distance. Lah apa urusannya ama universitas? Kan kalau tempat ngumpulnya mahasiswa pasti ada banyak tempat makan murah di sekitarnya ๐ Ternyata emang bener ada, ntar deh diceritain ๐
Begitu tiba di Bandara Changi, Singapore, kami langsung pesan taksi 7-seater seharga S$ 50. Agak mahal sih, tapi harganya nyaris sama dengan menyewa 2 taksi. Kalau pergi sendiri, dari Airport ke Hotel bisa naik MRT turun di Bugis, atau naik Shuttle Service S$ 9, atau pesen taksi biasa S$ 19. Sampai di hotel, kami langsung disambut dengan hangat sama Betty yang masih teteup cantik. Kesan pertama melihat lobby hotelnya: clean & minimalist! Hotel Ibis ini memang baru beroperasi sekitar 1 tahun, jadi interior-nya update banget dengan mood masa kini.
Setelah dapat kunci kamar, kami naik ke lantai kamar kami dengan secured lift (artinya tancep kartu dulu sebelum pencet tombol lift, fasilitas extra untuk ukuran economy hotel). Kamarnya kecil tapi nyaman. Semua perabot dan interior jadi minimalis a la apartemen modern yang nggak punya ruang banyak. Semua space digunakan sebaik mungkin. Ada personal message to welcome us dari Jean-Louis Barc, Manager of Operations di Ibis Bencoolen di dalam kamar, hihi makasih mister, that’s very nice of you!
Betty yang sudah menunggu di bawah, langsung mengajak kita jalan untuk getting to know the area around the hotel. Perasaan baru jalan berapa langkah udah nemu Sim Lim yang terkenal jualan gadget-nya seperti Mangga Dua (sempet nanya lensa buat @ariarajasa ย tapi ternyata lebih mahal dikit dari Indo, tinggal ditawar kali ya), trus jalan dikit lagi udah dapet tempat belanja bargain yang populer di Singapore: Bugis Street, sampingnya persis ada mall baru yang namanya Iluma,ย nyebrang jalan udah ketemu mall besar Bugis Junction, lanjut diajak ke stasiun Bugis MRT yang berada di bawahnya Bugis Junction. Diajarin caranya beli ticket MRT ๐ (ternyata nggak susah, tapi tiap ke Singapore pasti lupa melulu caranya)
Setelah makan malam di food court yang banyak nyebar sekitar hotel, akhirnya kita kembali ke hotel. Sempat salah belok and nyasar dengan sukses hihi tapi selamat sampai tujuan kok :p
Di kamar, langsung buka laptop untuk update status twitter dan check email ๐ Di Ibis wireless internetnya GRATIS tis dan merupakan fasilitas! Kalo kurang jelas username and password-nya apa untuk akses, bisa tanya ke resepsionis kok. Setelah internetan bentar, langsung berminat mandi. Ternyata oh ternyata, sabunnya nggak seperti hotel biasa yang dibotolin kecil-kecil, ini kita dapet dispenser tempat sabun & sampo yang bisa kita ambil sesuai kebutuhan. Benar-benar nyaman seperti di rumah sendiri!
Karena kulkas di kamar mungil banget, sempet bingung karena nggak ada minuman lain. Tapi misteri itu terpecahkan karena di luar kamar ada kulkas yang jauh lebih gede lagi yaitu Vending Machine ๐ Di sini kita bisa beli minuman apa aja dengan harga S$ 1 – S$ 2.
Jam 11 malem, kita bertiga (saya, @unwinged ย dan @astridarum ) laper lagi, akhirnya menggelinding ke 7-Eleven sebelah hotel persis. Beli sandwich deh, yang over-heated by us and meluberi the whole microwave LOL *katro* Ih jadi inget masa-masa traveling ke Phuket bareng my travel buddies, kita juga demennya beli makan di 7-Eleven biar ngirit ๐ Abis makan kita tidur nyenyak karena kekenyangan, siap untuk tantangan di hari berikutnya ๐
Day 2, sarapan di restoran TASTE-nya IBis. Menu-menunya cukup komplit, ada a la barat, ada juga yang ketimuran. Tapi meskipun ada scrambled egg yang udah jadi, saya tetap merindukan customized scrambled egg dengan berbagai add-ons. Mudah-mudahan next time udah ada hehe ๐ Untuk juice, saya banyak menemukan Pinapple Juice atau Jus Nanas, di Singapore. Katanya sih Nanas itu melambangkan prosperity. Jadi kalau pasang gantungan Nanas di rumah, semakin besar Nanasnya, semakin besar rejeki yang berpeluang masuk. Kalau kata @unwinged ย lain lagi, katanya nanas itu menguruskan, jadi that’s why orang Singapore langsing-langsing. Masa si? ๐
Betty datang untuk nganterin kita jalan keliling-keliling. Untung ada @anantya ย yang nyaranin pake sepatu karet, jadinya selama perjalanan di Singapore, saya menjadi nyaman dan tentram meskipun jalannya gila-gilaan. Pap yang sepatunya rada nggak nyaman jadi tersiksa dan terpaksa buru-buru cari Counterpain di Guardian sebelah Ibis. Untung dengan pertolongan pertama itu kakinya udah lebih baik, jadi bisa jalan-jalan lagi ๐
Selama perjalanan, yang saya perhatikan adalah ketertibannya yang luar biasa, nggak ada mobil yang mau nyeruduk kita, pejalan kaki adalah rajanya. Kebersihannya juga excellent meskipun nggak keliatan orang nyapu-nyapu setiap saat. Berarti kebijakan denda untuk littering itu bener-bener worked. In facts, tour guide saya bilang Singapore is a Fine city. Maksudnya bisa 2. Fine = baik atau Fine = denda ๐ Yang kerennya lagi, karena ada peraturan tentang emisi kendaraan yang dipatuhi banget, polusinya jadi sangat rendah, sampai-sampai masih banyak terlihat burung-burung di pohon depan hotel. Cool!
Di Singapore Art Museum (SAM) kita sempat berhenti dulu untuk berfoto di Flirting Point dan sukses dikomentarin orang-orang yang liwatย ๐
Trus masuk ke halaman SAM, ada tulisan penyumbang museum yang terpahat di dinding. Salah satu penyumbang terbesar itu berasal dari Semarang loh! Mantep!
Tak jauh dari SAM, ada Gereja vintage yang dialihfungsikan jadi cafe & tempat foto prewedding bernama Chjimes. Di sini, saya melihat rombongan orang Indonesia banyak sekali, lagi foto-foto di sini. Entah kenapa suka jengkel kalau ketemu banyak orang Indonesia di Singapore (mungkin seperti mereka jengkel liat kami haha). Rasanya rugi aja kali ya dah pergi ke so-called ‘Luar Negri’ tapi tetep berasa di Surabaya haha. Ternyata oh ternyata, salah satu dari rombongan orang Indonesia itu adalah teman saya sendiri @ivanlanin ย hehehehe perasaan ketemu terus ama Ivan, ini siapa yang ngikutin siapa yaa ๐
Lanjut jalan ngelewatin salah satu hotel termahal di Singapore, Raffless Hotel, yang semalamnya mulai S$ 800 – ribuan dollar. Kami ngelewatin banyak Universitas juga (NAFA, SMU, etc), membayangkan enaknya kuliah di tempat semodern ini, trus lanjut lewat Bras Basah Complex, tempat jualan buku bekas dan buku baru dengan harga yang lebih murah, dan ngelihat National Library baru-nya Singapore yang Oh-So-Big dengan 24-hours Book Drop. Wah, isi satu kota ngumpul di sini semua masa ๐ Pulangnya mampir foto-foto di depan kuil Indian & Chinese yang letaknya cuma di belakang hotel.
Habis itu ada agenda penting: Makan Siang bareng Jean-Louis Barc! [bersambung ke part 2]
Leave a Reply