Kesempatan istimewa bagi saya dan @unwinged untuk datang ke Steve Rubel’s Lecture atas undangan Indo-Pacific Edelman (Thanks to @nanda_i and team). Steve Rubel @steverubel adalah SVP, Director of Insights untuk Edelman Digital, salah satu divisi dari Edelman – the world’s largest independent PR firm.
Steve Rubel membuka lecture dengan menguak fakta, bahwa pengguna internet saat ini sudah kebanjiran informasi. Akhirnya, pada saat mereka punya waktu untuk konek ke internet, mereka hanya ‘snacking’ alias mau beraktifitas yang ringan-ringan saja (seperti mantengin twitter :P) dan mereka pun juga jadi malas membaca. Mungkin ini juga pertimbangannya Steve Rubel pindahin blog-nya dari sini ke Posterous. Wah, berarti saya nggak boleh posting panjang-panjang lagi dong 😀
Fakta menarik lainnya, customer baru akan percaya dan tergerak untuk mencoba produk atau klik sebuah link dari brand, jika ia sudah melihatnya 3 – 5 kali. Jadi pastikan Anda cukup ‘eksis’ di daerah gaul customer Anda seperti di Facebook atau Twitter.
Jika ranah social media ini adalah negara, maka brand harus menempatkan digital embassies-nya agar dapat menciptakan win-win solution bagi brand dan juga penggunanya. Contohnya, dengan membuka fan page di Facebook sehingga pengguna produk dapat memberikan feedback atau menikmati promosi secara langsung.
Pastikan content dari akun kita di social media itu berlainan sesuai dengan karakter social networking site-nya masing-masing. Apa yang kita bicarakan di twitter bisa jadi berbeda dengan apa yang kita bicarakan di Facebook. Ini karena audience-nya memang benar-benar berbeda.
Bahkan dalam satu social networking site, seperti Twitter, brand bisa membuka lebih dari satu akun untuk memberi pilihan lebih untuk para pengguna brand. Steve mencontohkan akun Starbucks di Twitter yang banyak, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ada @Starbucks @StarbucksJobs @sbuxindonesia dan lainnya.
Steve Rubel juga berpesan bahwa sekarang ini, Google is your homepage. Website Anda tidak dapat ditemukan di Google, maka tidak ada yang akan mampir ke website anda. We must build a digitally visible business, thus we should be discovered on Google.
Beberapa cara untuk menjadi ‘Google-Visible’ antara lain:
1. Paid search (membayar agar tampil di Google)
2. Owned search (SEO)
3. Earned search (generated content seperti blog post, etc)
4. Social search (Youtube search, Facebook search, Twitter search, etc)
Kuncinya tentu: the more quality content your generating the more you can discovered
Steve Rubel kemudian lanjut bicara tentang data. Uh, satu hal yang paling saya ignore sepanjang sejarah berbisnis adalah data. Mungkin karena saya nggak begitu suka angka (kecuali berbentuk duit :p).
Kata Steve Rubel, data helping us make decision.
1. Find free tools – Google Insights
Misal untuk toko buku online saya, saya mempelajari trend kata kunci ‘buku’ di Indonesia dalam 12 bulan belakangan. Jadi bisa memperkirakan kapan ‘peak season’ dan bisa bersiap untuk menyambutnya dengan buku-buku berkualitas.
2. Look for un-met needs use to plan products and campaign
Baru tau nih ada Youtube insights for audience di sini kita bisa mempelajari trend yang lagi suka ditonton/dicari sama audience dalam kategori umur tertentu dalam wilayah tertentu pula.
3. Map networks to understand how to use them efficient and effective
Steve mencontohkan untuk menggunakan Klout. Tapi buat apa ya kemarin? Krik… krik…
Last but not least, Steve said: if people don’t see u 4-5 times you should engage more!
Jadi, sudahkah anda eksis hari ini?
Leave a Reply