Saya selalu berpikir bahwa semua laptop itu sama saja. Tapi ternyata saya salah.
Komputer pertama saya bukan PC tapi Laptop. Waktu itu saya nggak ingat merk-nya apa, tetangga saya membelikannya pada saat ia ke Jakarta. Maklum kami tinggal di Banjarmasin waktu itu, nggak ada Mangga Dua atau Pameran Komputer yang biasa menawarkan gadget dengan harga terjangkau. Laptop itu sangat berjasa membuat kami sekeluarga jadi melek komputer dan melek internet, hingga sampai sekarang efeknya seluruh keluarga saya memiliki akun Facebook (eh…)
Setelah bekerja dan menulis buku pertama saya, Look! I’m on Fire, orang tua saya membelikan sebuah laptop Acer Travelmate sebagai hadiah ulang tahun. Diharapkan dengan laptop ini saya akan lebih produktif dalam menghasilkan buku. Jika Anda penulis baru, pasti mengerti betapa takutnya jika buku pertama kita nggak berlanjut dengan buku kedua dan seterusnya. So, my laptop saat itu menjadi my saviour. Saya bisa menulis di mana saja, di tempat-tempat yang nyaman agar inspirasi semakin mengalir. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah menulis 15 buku. Thanks to my parents & my laptop 😉
Setelah cukup lama setia dengan Travelmate, saya tergoda dengan laptop lain nan mahal lungsuran dari orang tua. Terlihat lebih kecil dan ringan. Jadilah saya resmi berganti laptop. Ternyata meski serupa tapi tak sama. Pas dipakai, laptop baru saya itu nyetrum terus karena bodi-nya yang terbuat dari besi (or something) yang mudah menghantarkan listrik. Touch pad-nya juga berulang kali ‘menggila’ karena terpencet sedikit. Pernah pas kejadian cursor bergerak kesana kemari tak terkendali, ia juga meng-close seluruh file yang sedang saya buka tanpa disimpan terlebih dahulu. ARGH! Rasanya mau gila! Untung adik saya berminat menampungnya, jadi saya ada alasan untuk beli laptop baru lagi 😛
Kali ini saya mencoba trend baru, yaitu membeli Netbook. Kan kecil dan harusnya bisa lebih mudah dibawa kemana-mana. Karena ayah saya sudah punya Acer Aspire One, maka saya mencoba beli merk yang berbeda. Awalnya karena lihat hiasan-hiasan di laptopnya yang girly. Ternyata… begitu dipake tombol di keyboard-nya nggak pas dengan tangan. Seperti kekecilan. Ya memang netbook kan kecil, tapi seharusnya tetap nyaman digunakan mengetik. Karena saya coba punya ayah saya mudah sekali digunakan!
Pas lagi bingung, suami saya menghadiahkan Acer Timeline sebagai hadiah ulang tahun. Salah satu kado terbaik (dan terbenar!) yang pernah diberi sama suami saya hihi. Maklum suami saya seperti layaknya kebanyakan laki-laki, suka clueless saat memilih kado untuk wanita. Untung saya pintar dan sudah memberikan hints, dengan mengupload link Acer Timeline di FB Profile seminggu sebelum ulang tahun hahaha 😛 And why I want Acer Timeline so bad? Semua karena baterenya yang tahan sampai 8++ jam! It’s so liberating! Sebagai penulis yang susah nyari colokan untuk nulis di cafe, ini pencerahan 😀
Sebagai gadget lover, I usually keep my old gadgets, termasuk Acer Travelmate yang bersejarah, berjasa dan sangat awet muda ini. But not so long ago, I give it away to my new friend in Kalimantan. He’s one of my reader and a passionate learner. He told me that he’s willing to learn more on how to code, how to blog, how to make money using the skill he learn from the internet. But he didn’t have a PC and have difficulties to learn only in warnet’s PC or his mobile phone. Instantly, I knew that my old pal Travelmate, has found a new home.
This post is also submitted to AcerID.com
Leave a Reply